Masa Soekarno
Sebagaimana
pernah dilakukan semasa pemerintahan Presiden Sukarno dan pimpinan tertinggi
Uni Soviet (sekarang Rusia) Nikita Khrushchev di era 1950-an dan 1960-an.
Ketika itu, hubungan bilateral Indonesia dan Soviet tidak saja berlangsung di
bidang kerjasama politik dan militer, tapi juga meluas di bidang kebudayaan dan
IPTEK(Ilmu Pengetahuan-Teknologi). Dan yang luar biasa dari eratnya hubungan
Indonesia-Rusia semasa pemerintahan Presiden pertama Indonesia tersebut,
kedekatan dan persahabatan Indonesia-Rusia sama sekali tidak diikat oleh
kesamaan ideologi antar kedua negara.
Seperti
kita ketahui, waktu itu Amerika Serikat dari kubu kapitalisme liberal sedang
terlibat perang dingin dengan Uni Soviet dari kubu Komunisme. Namun berkat
paradigma Politik Luar Negeri bebas dan aktif yang dianut Indonesia sejak 1948,
Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Sukarno berhasil menjalin persahabatan
dan kerjasama strategis dengan negara-negara berpaham komunis seperti Soviet
dan bahkan Republik Rakyat Cina.
Masa
Sosilo Bambang Yudhoyono
Di
era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, Indonesia
mempunyai momentum yang cukup bagus untuk menjalin kembali kerjasama strategis
dengan Rusia yang dulunya lebih dikenal dengan nama Uni Soviet.
Mengapa
penting bagi Indonesia? Saat ini politik luar negeri Indonesia sangatlah
penting untuk memperluas mitra strategisnya di seluruh dunia. Dan salah satu
yang menarik dari segi ini adalah Rusia. Karena negara beruang merah ini punya
potensi besar. Di antaranya, tentu saja di bidang kerjasama militer dan
keamanan. Dengan kata lain, kerjasama strategis Indonesia-Rusia di bidang
militer dan keamanan bisa menjadi “pintu pembuka” untuk terjalinya suatu
kemitraan strategis di bidang-bidang lain di luar bidang politik dan militer.
Seperti Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Makna
kedatangan Vladimir Putin
Menurut sebuah sumber dari
Departemen Luar Negeri, dalam kunjungan Presiden Putin ke Jakarta September
mendatang, Rusia akan menawarkan penjualan pesawat tempurnya yang dianggap
merupakan produk militer Rusia yang terbaru dan efektif. Dan dengan harga yang
layak dan jauh lebih murah dibandingkan dengan produk-produk persenjataan
yang berasal dari negara-negara Eropa Barat dan Amerika.
Bahkan menurut sumber-sumber yang
bergerak dalam bisnis peralatan militer kepada penulis, meski harganya jauh
lebih murah, peralatan militer produk Rusia mutu dan kualitasnya tidak kalah
dibandingkan produk peralatan militer Eropa Barat dan Amerika. Bahkan dalam
beberapa produk tertentu, negara-negara barat mutunya lebih rendah dan buruk.
Dan yang lebih menarik lagi, dalam menjual peralatan militernya ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia, Rusia sama sekali tidak mengaitkannya dengan kepentingan-kepentingan atau agenda politik yang tidak ada hubungannya dengan masalah bisnis dan perdagangan. Dan ini tentunya berbeda 180 derajat dibandingkan Amerika Serikat yang pada era pemerintahan Presiden Bill Clinton, misalnya, selalu mengaitkan penjualan peralatan militernya ke negara berkembang, termasuk Indonesia, dengan komitmen untuk menegakkan demokratisasi politik dan hak-hak asasi manusia.
Alhasil, seperti kita lihat dalam
kasus Indonesia, Amerika sempat memberlakukan embargo penjualan senjata
kepada Indonesia akibat tertembaknya beberapa aktivis pro kemerdekaan Timor
Timor di Santa Cruz pada 1991 lalu. Bahkan akibat dari insiden Santa Cruz
tersebut, Amerika juga memberhentikan pengirimian personil TNI dalam program
pelatihan militer di Amerika Serikat melalui Program IMET.
Begitulah sisi menjanjikan dari
kerjasama militer dan pertahanan Rusia-Indonesia. Dalam menjual peralatan
militernya, Rusia tidak memberlakukan syarat-syarat politik yang tidak
berkaitan dengan masalah-masalah bisnis dan perdagangan.
Sisi lain yang menarik dari
kunjungan Putin ke Jakarta awal September mendatang, adalah di bidang
kerjasama ruang angkasa. Dan untuk bidang yang satu ini, Rusia sejak masih
Uni Soviet, memang termasuk negara unggulan. Buktinya, pada 1961 Rusia sudah
dikenal sebagai salah satu negara yang cukup maju dalam bidang itu. Pernah
dengar nama Yuriy Gagarin? Dialah manusia pertama yang menginjak bulan di
ruang angkasa.
Maka menurut sumber di lingkar
dalam pemerintahan Yudhoyono, dalam kunjungan Putin nanti, akan mengusulkan
sebuah kerjasama strategis di bidang ruang angkasa kepada Indonesia. Untuk
kongkritnya, Rusia akan memberi bantuan yang semaksimal mungkin agar para
angkasawan Indonesia bisa menginjak bulan di ruang angkasa. Kalau informasi
ini benar, dan rencana strategis ini bisa terlaksana dengan lancar sesuai
skenario, maka tak pelak lagi reputasi Indonesi di dunia internasional akan
semakin meningkat. Dan yang lebih penting dan strategis lagi, ini sangat
strategis bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi Indonesia.
Sehingga, Indonesia dan Rusia akan memasuki sebuah era baru dari kerjasama
strategis yang mungkin akan jauh lebih kualitatif dibandingkan dengan
kerjasama Indonesia-Soviet semasa pemerintahan Sukarno dan Nikita Krushchev
di era 1950-60-an.
|
Kedatangan
Dmitry Rogozin
Deputi
Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menyatakan negaranya sedang menjajaki
kerjasama militer dengan Indonesia. Termasuk transfer teknologi yang berkaitan
dengan peralatan militer.
"Rusia
dan Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam kerjasama militer dan kami yakin
masa depan kooperasi di bidang tersebut akan sangat cerah," kata Rogozin
dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (25/2/2014).
Rogozin
yang bertemu Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro pagi tadi menolak
memaparkan secara spesifik bentuk kerjasama militer yang akan dilakukan
antarkedua negara.
"Kerjasama
militer adalah isu sensitif. Dan kami belum siap membuka hal ini ke
publik," kilah Rogozin.
Namun
Rogozin menyebut kerjasama militer yang sedang dijajaki negaranya itu mencakup
pengalihan teknologi alat utama sistem pertahanan.
"Kami
saat ini sedang melakukan modernisasi sistem persenjataan sehingga jauh lebih
unggul dari negara-negara Eropa lain. Dengan demikian, kerjasama militer ini
akan semakin memperkuat pertahanan Indonesia," jelas Rogozin.
Rogozin
menyatakan penguatan kerjasama dengan Indonesia adalah bagian dari strategi
besar dalam reorientasi politik luar negeri Rusia ke arah Asia Pasifik.
"Agenda
politik luar negeri Rusia akan diprioritaskan di Asia Pasifik karena di kawasan
inilah masa depan dunia akan ditentukan," ucap dia.
Selain
bertemu Presiden SBY, Rogozin juga bertemu sejumlah pejabat dan kelompok bisnis
di Indonesia. Antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa dan
perwakilan Kantor Dagang dan Industri untuk membahas peningkatan kerjasama di
bidang infrastruktur, perdagangan, serta investasi.
Kedua
belah pihak merasa perlu memperkuat kerja sama ekonomi karena total nilai
perdagangan Indonesia-Rusia pada 2013 lalu mencapai US$ 5 miliar.
Sebagai
bentuk dari besarnya potensi kerjasama ekonomi antara kedua negara, pihak PT
Garuda Indonesia pada kuartal keempat 2014 ini akan membuka penerbangan
langsung Jakarta-Moskow.
Selain
itu, Rusia pada tahun ini juga akan mengerjakan sejumlah proyek besar di
Indonesia. Di antaranya pembangunan jaringan kereta api di Kalimantan untuk
mengangkut batu bara di wilayah tersebut. (Ant/Ali/Eks)
Selama
dua hari berlangsungnya diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer
antar Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Federasi Rusia yang
dilaksanakan mulai tanggal 22-23 Januari 2013, menunjukkan kemajuan yang sangat
berarti di bidang industri pertahanan kedua negara. Demikian dikatakan
Sektretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip, M.A saat
menutup Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antara Pemerintah RI-Rusia,
Rabu (23/1), di gedung Ditjen Pothan Kemhan, Jakarta.
Sebelumnya
pada hari yang sama berlangsung penandatanganan Protocol of the 8th
Meeting of the Indonesian - Russian Intergovernmental Commission on
Military-Technical Cooperation yang diwakili Sekjen Kemhan Marsdya TNI
Eris Herryanto, S.Ip, M.A selaku Ketua Komisi Indonesia dan Deputy
Director of Federal Service for Military Technical Cooperation (FSMTC) Mikhail
Petukhov selaku Ketua Komisi Rusia.
Dalam
kesempatan tersebut Sekjen Kemhan mengatakan, diskusi Sidang ke-8 Komisi
Kerjasama Teknik Militer RI-Rusia ini menghasilkan beberapa poin kesepakatan
yaitu mengenai implementasi kontrak-kontrak pembelian, beberapa diantaranya
telah ditandatangani bersama antara kedua belah pihak. Selain itu juga dicapai
beberapa kesepakatan di bidang pemeliharaan termasuk dukungan logistik,
pembentukan Pusat Pelayanan Teknis(Technical Service Center) dan
rencana kerjasama industri pertahanan serta perpanjangan state credit atau credit
loan.
Untuk
itu, Sekjen berharap hasil-hasil yang dicapai dalam pertemuan ini dapat
digunakan sebagai pedoman untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama industri
pertahanan kedua negara khususnya dan hubungan bilateral kedua negara pada
umumnya. Disamping itu juga diharapkan hasil pertemuan ini dapat menjadi
langkah yang baik dalam mengembangkan kerjasama pertahanan kedua negara di masa
yang akan datang dan kedua belah pihak sepakat pada pertemuan berikutnya dalam
Sidang ke-9 akan diadakan di Rusia pertengahan tahun 2013 ini.
Sementara
itu ditempat yang sama, Ketua delegasi Rusia menyatakan bahwa kerjasama ini
akan terus meningkat demi kepentingan kedua negara, hal ini dibuktikan dengan
kehadiran beberapa perwakilan industri pertahanan Rusia dalam pertemuan ke-8
ini seperti Aviation Holding Company/Sukhoi dan Rosoboronexport.
Produksi
Alutsista Bersama.
RI-Rusia
akan melakukan kerja sama dibidang pertahanan dengan melakukan join production
alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Rencana kerja sama ini sudah
disusun dalam draft perencanaan untuk ditindak lanjuti dengan negosiasi
industri pertahanan Indonesia.
Kerja
sama ini salah satunya akan dilakukan dengan PT Pindad. "Kami sedang
melakukan negosiasi dengan PT Pindad dan akan segera menandatangani MoU. Kami
juga akan bekerja sama dengan industri pertahanan lainnya yang ada di
Indonesia, tapi sekarang baru sekadar draf. Negosiasi satu langkah, dan kami
berharap segera ada deal,"kata Duta Besar Rusia Alexander A. Ivanov usai
penyematan medali kehormatan yang diberikan pemerintah Rusia pada Menteri
Pertahanan RI di Wisma Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.
Selain
itu, tutur Ivanov, Rusia sedang melakukan negosiasi dengan PT PAL dan PT DI
untuk melakukan overwhole Helikopter Mi-35.
Menteri
Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengaku kaget atas rencana Rusia tersebut.
Karenanya dia mengagumi keputusan tersebut dan menyambut dengan baik.
"Saya kaget mereka mau berbicara transfer of technology dengan Pindad.
Saya cukup kagum mereka ingin memproduksi bersama,"katany a.
Menhan
mengharapkan, kerja sama kedua negara bisa terjalin tidak hanya dalam bidang
pengadaan alutsista. Harapan terjadinya pertukaran perwira dalam bidang
pendidikan dan pelatihan dalam waktu dekat akan terealisasi. "Mereka akan
menerima taruna akademi militer kita. Kedua, kita akan kerja sama dalam bidang
latihan bersama,"kata Menhan.
Menhan
menambahkan, Rusia meminta secara khusus kerja sama dalam bidang pemberantasan
terorisme. Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan (wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin
mengatakan, kerja sama join production pembangunan rudal C-705 China-indonesia
melalui PT Pindad akan terealisasi tahun ini. "Tahun ini realisasinya
produksi bersama,"kata dia.
Industri
Pesawat Terbang
Wakil
Perdana Menteri Rusia Dmitry O. Rogozin juga menemui Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro, sebelum Rogozin menghadiri Sidang Komite Bersama ke-9 Indonesia –
Rusia.
Dmitry
O. Rogozin membenarkan dia sempat membahas potensi kerja sama bidang militer dengan
Menhan, namun enggan merinci apa saja detail pembicaraan yang dibahas kedua
pihak.
“Memang
kita mengadakan pertemuan dengan Menhan Purnomo, tapi tentu saja kerja sama
militer bukan suatu isu yang mudah diumumkan kepada masyarakat,” ujarnya saat
jumpa pers.
“Di
bidang industri penerbangan kita siap mendirikan pusat pelayanan pesawat terbang
bersama,
juga
siap bekerja sama dengan perusahaan nasional dalam hal produksi suku cadang.
Dalam hal kerja sama militer memang ada prospek sangat cerah, dalam alih
teknologi terutama yang punya makna berganda. Artinya bisa dimanfaatkan baik
untuk tujuan militer maupun sipil,” kata Rogozin.
Selain
alat tempur, Rusia juga punya sistem pertahanan lain, mulai dari teknologi
mikorelektronik, detektor bawah air, sampai wahana antariksa. Semuanya siap
dikembangkan bersama, bila memang pemerintah Indonesia tertarik.
Latihan
Bersama
Kapal
perang Rusia akan berlabuh di Indonesia, tepatnya di Surabaya pada 2012 untuk
melakukan latihan bersama militer antara Indonesia-Rusia. Hal ini merupakan
lanjutan kerja sama kedua negara yang telah disepakati sejak 2003.
“Kerja
sama konkrit dengan Rusia adalah dengan melakukan latihan bersama dengan
didatangkannya kapal perang Rusia ke Surabaya,” kata Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro usai menerima medali kehormatan untuk peningkatan kerja sama bidang
pertahanan kedua negara di Kedubes Rusia di Jakarta, Selasa (20/9).
Menhan
menjelaskan, kerja sama yang dilakukan di bidang pertahanan tak selalu jual
beli alat utama sistem persenjataan (alutsista). “Tapi juga berupa tukar
menukar perwira untuk pelatihan atau pendidikan. Karena Rusia negara besar dan
kekuatan pertahanannya bisa kita jadikan pelajaran,” kata dia.
Selain
itu, Rusia telah menyatakan kesiapannya untuk melakukan kerja sama pembangunan
alutsista dengan skema transfer of technology.
Pengusaha
Rusia juga berinvestasi di Kalimantan Barat dengan membuka pengolahan tambang
(smelter) untuk bauksit. Kehadiran Russian Alumina, akan meningkatkan nilai
tambah bagi komoditas bauksit menjadi alumina. Nilai investasinya diperkirakan
sebesar 2,5 miliar dollar AS.
Tahun
lalu, perdagangan kedua negara baru mencapai nominal USD 3,34 miliar. Kedua
delegasi sepakat menggenjot volume perdagangan agar mencapai USD 5 miliar pada
2015.
0 Komentar untuk "Kerjasama Indonesia Dengan Rusia Dibidang Militer"