BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang menyebabkan
sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik. Asma mempunyai
awitan pada setiap usia. Sekitar 80-90% anak asma mendapat gejala pertama
sebelum usia 4-5 tahun. Pada suatu waktu selama masa anak akan mendapat gejala
dan tanda yang sesuai dengan asma.
Berat dan perjalanan asma sulit diramalkan. Sebagian besar anak yang
menderita sebagian kecil akan menderita asma berat yang sulit diobati, biasanya
lebih bersifat menahun daripada musiman. Yang menyebabkan ketidakberdayaan dan
secara nyata mempengaruhi hari-hari sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi
sehari-hari. Sungguh merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila dalam
masa-masa bermain dan beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang
diderita. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian khusus baik berupa perawatan,
pengobatan dan pencegahan.
Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus terlebih
lagi pada anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari dalam
bermain dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tenaga
kesehatan dari berbagai bidang multidisipliner. Dalam pelayanan keperawatan,
perawat mempunyai peranan sebagai tenaga profesional yaitu bertindak memberikan
asuhan keperawatan, penyuluhan kesehatan kepada orang tua, memberikan informasi
tentang pengertian, tanda dan gejala, serta pencegahan secara mandiri maupun
secara kolaboratif dengan berbagai pihak.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
definisi asma ?
2. Apa
saja etioogi asma ?
3. Bagaimana
Manifestasi klinik asma ?
4. Bagaimana
patofisiologi asma ?
5. Bagaimana
Pemeriksaan penunjang pada asma ?
6. Bagaimana
Pentalaksanaan pada asma ?
1.2 TUJUAN
Tujuan secara umum : mengerti tentang asma dan memahami apa
yang hrus di lakukan seorang perawat untuk menangani asma .
Tujuan khusus : mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, kompikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan asma
1.3 MANFAAT
PENULISAN
Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat berupa :
1. Mengetahui
tentang definisi asma.
2. Mengetahui
etiologi dari penyakit asma.
3. Untuk
mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus asma yang dimulai
dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI ASMA
Asma adalah gangguan jalan nafas reaktif kronis termasuk obstruksi
jalan nafas episodik dan obstruksi jalan nafas reversible akibat bronkospasme,
peningkatan sekresi mucus, dan edema mukosa (kapita selekta penyakit, 2002).
Asma adalah sebuah penyakit radang kronik pada saluran pernafasan
dimana banyak sel-sel dan elemennya berperan.
Pada individu tertentu, peradangan menyebabkan beberapa kondisi
seperti wheezing, sulit bernafas, retraksi dinding dada, dan batuk sering
terutama di malam hari, pagi hari, atau ketika melakukan aktifitas. Beberapa
gejala ini dihubungkan dengan penyakit yang menetap tetapi obstruksi saluran
pernafasan dan sering reversible secara spontan atau dengan perawatan (Michele
Geiger, Bronsky Donna J.W; 2008)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran nafas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus terhadap berbagi
rangsanan yang ditandai dengan gejala epidosik berulang berupa mengi, batuk,
sesak nafas dan rasa berat didada terutama di malam hari dan atau dini hari
yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan (Pedoman
pengendalian asma, Depkes; 2009)
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulakan penyakit asma
adalah suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru
dimana terdapat peradangan (inflamasi) kronis dinding rongga bronchiale
sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang
mengalami sesak nafas.
Asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Asma
alergik (Ekstrinsik)
Merupakan suatu
bentuk asma dengan allergen seperti bulu binatang, debu, ketombe. Bentuk asma
ini biasanya di mulai dari kanak – kanak.
2. Idiopatik
atau nonalergik asma (Intrinsic)
Tidak berhubungan
secara langsung dengan allergen spesifik, saluran nafas atas, aktifitas,
emosi/stress dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan. Bentuk asma
ini biasanya di mulai ketika dewasa > 35 tahun.
3. Asma
Campuran
Merupakan bentuk
asma yang paling sering. Di karakteristikan dengan bentuk ke dua jenis asma
alergik dan ideopatik atau nonalergik (Soemantri, 2009
2.2 ETIOLOGI
a. Zat
allergen
Adalah zat-zat
tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan asma misalnya
debu rumah, tengau debu rumah( dermatophagoides pteronissynus), spora, jamur,
bulu kucing, bulu binatang , beberapa makanan laut, dan sebagainya.
b. Infeksi
saluran pernapasan ( respiratorik )
Infeksi saluaran
pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza merupakan salah satu
faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma. Diperkirakan, dua pertiga
penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluaran
pernapasan. (sundaru 1991)
c. Olahraga
/ kegiatan jasmani yang berat.
Sebagin penderita
asma akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olaharaga atau aktivitas
fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani (
exercise induced asma -EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang
cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
d. Perubahan
suhu udara (udara dingin, panas, kabut)
Cuaca lembab dan
hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
e. Polusi
udara
Klien asma sangat
peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok, asap yang
mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
f. Memiliki
kecenderungan alergi obat-obatan
Beberapa klien
denga asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penisilin,
salisilat beta bloker, kodein,dan sebainya.
g. Riwayat
keluarga (factor genetic) Orang tua menderita asma
h. Lingkungan
pekerajan
Lingkungan kerja
merupakan factor pencetus yang menyumbang 2- 15% klien dengan asma.(
sundaru,1991 ). Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
i. Emosi
dan stres
Stres atau
gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan Asma yang sudah ada. Disamping gejala Asma yang timbul
harus segera diobati penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati.
2.3 MANIFESTASI
KLINIS
a. Serangan
tiba-tiba yang diawali dengan batuk-batuk dan sesak nafas
b. Wheezing
c. Ekspirasi
lebih panjang
d. Kontraksi
otot-otot bantu pernapasan
e. Hypoksemia
dan sianosis
f. Keletihan
2.4 PATOFISIOLOGI
Suatu serangan asma timbul karena seseorang yang atopi terpapar dengan
allergen yang ada di lingkungan dan membentuk immunoglobulin (Ig) E, allergen
yang masuk akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting
sel (APC), allergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan
signal kepada sel B dengan dilepaskannya interlukin 2 (IL-2) untuk
berproliferasi menjadi sel plasma dan membentuk IgE.
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan
dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang,
maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Jika terpapar 2
kali atau lebih dengan allergen yang sama allergen tersebut akan diikat oleh
IgE yang sudah ada dalam permukaan mastosit dan basofil. Ikatan ini akan
menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan perubahan di dalam sel yang menurunkan
kadar cAMP.
Penurunan kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel, dan melepaskan
mediator-mediator kimia yang meliputi histamine, slow releasing suptance of
anaphylaksis (SRS-A), eosinofilik chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A),
dan lain-lain. Mediator tersebut menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama yaitu:
kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang
akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan
dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas.
Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mucus. Tiga reaksi
tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli,
akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yang
sangat lanjut.
2.5 PATHWAYS
Patyway hanya ada di file download. Untuk download bisa klik DISINI
2.6 KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah
:
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks
adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila terdapat
benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang
lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
b. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum
dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai emfisema
mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum. Pertama
dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh
trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru,
saluran udara atau usus ke dalam rongga dada .
c. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau
seluruh paru-paru
akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
d. Aspergilosis
Aspergilosis
merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh
adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi
pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis
dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
e. Gagal napas
Gagal napas dapat
tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam paru-paru tidak
dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam
sel-sel tubuh.
f. Bronkhitis
Bronkhitis atau
radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari saluran
pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain
bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita
merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang
berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi
sempit oleh adanya lendir.
g. Fraktur iga
2.7 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Analisa Gas Darah ( AGD / astrup ).
Hanya dilakukan
pada serangan asma berat karna terdapt hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis
respiratorik.
b. Sputum
Pewarnaan gram
penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan
uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
c. Sel eosinofil
Sel eosinofil pada
klien dengan status asma dapat mencapai 1000 – 1500 / mm3 .
sedangkan hitung eosinofil normal antara 100 – 200/mm3.Perbaikan fungsi paru
disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukan pengobatan telah
tepat.
d. Pemerikasaan
darah rutin dan kimia
Jumlah sel
leukosit yang lebih dari 15.000/ mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
e. Pengukuran fungsi paru ( Spirometri )
Menilai derajat
obstruksi pada asma, kapasitas vital mungkin belum menurun, tapi bila serangan
asma makin berat FVC akan turun karena sebagian udara yang harus dikeluarkan
terjebak dalam paru-paru.
f. Tes
provokasi bonkus
Tes ini dilakukan
pada spirometri internal.penurunan FEV sebesar 20 % atau lebih setelah tes
provokasi dan denyut jantung 80 – 90% dari maksimum dianggap bermakna bila
menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
g. Pemerikasaan kulit
Untuk menunjukan adanya antibody IgE
hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
h. Pemeriksan radiologi
Hasil pemeriksan
radiologi dari klien dengan asma biasanya normal, tetapi prosedur ini tetap
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau
komplikasi asma seperti pneumatoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain
– lain
2.8 PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
Menurut Long(1996)
pengobatan Asma diarahkan terhadap gejalagejala yang timbul s aat serangan, mengendalikan penyebab
spesifik dan perawatan pemeliharaan keehatan optimal yang umum. Tujuan utama
dari berbagai macam pengobatan adalah pasien segera mengalami relaksasi
bronkus. Terapi awal, yaitu:
1. Memberikan oksigen
pernasal
2. Antagonis
beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin 10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang
dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2
adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan dosis salbutamol 0,25 mg
dalam larutan dekstrose 5%
3. Aminophilin
intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4. Kortikosteroid
hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera atau dalam
serangan sangat berat25
5. Bronkodilator,
untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya golongan beta
adrenergik dan anti kolinergik.
b. Pengobatan secara sederhana atau non
farmakologis
Menurut doenges (2000) penatalaksanaan
nonfarmakologis asma yaitu:
1. Fisioterapi
dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik
2. Latihan fisik untuk
meningkatkan toleransi aktivitas fisik
3. Berikan posisi tidur yang
nyaman (semi fowler)
4. Anjurkan untuk minum air
hangat 1500-2000 ml per hari
5. Usaha agar pasien mandi
air hangat setiap hari
6. Hindarkan pasien dari
faktor pencetu
2. 9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pola pemeliharaan kesehatan
Gejala Asma dapat
membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal sehingga pasien dengan Asma
harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi
serangan Asma
2. Pola nutrisi dan metabolik
Perlu dikaji
tentang status nutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan
kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhnnya. Serta pada pasien sesak,
potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal
ini karena dispnea saat makan, laju metabolism serta ansietas yang dialami
pasien.
3. Pola eliminasi
Perlu dikaji
tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk, konsistensi, frekuensi,
jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi.
4. Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji
tentang aktifitas keseharian pasien, seperti olahraga, bekerja, dan aktifitas
lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya Asma.
5. Pola istirahat dan tidur
Perlu dikaji
tentang bagaiman tidur dan istirahat pasien meliputi berapa lama pasien tidur
dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami pasien. Adanya
wheezing dan sesak dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat pasien.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Kelainan pada pola
persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri pasien dan akhirnya
mempengaruhi jumlah stresor yang dialami pasien sehingga kemungkinan terjadi
serangan Asma yang berulang pun akan semakin tinggi.
7. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala Asma sangat
membatasi pasien untuk menjalankan kehidupannya secara normal. Pasien perlu
menyesuaikan kondisinya berhubungan dengan orang lain.
8. Pola reproduksi dan seksual
Reproduksi seksual
merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
terjadi masalah dalam kehidupan pasien. Masalah ini akan menjadi stresor yang
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan Asma.
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perlu dikaji
tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah dapat menghambat respon
kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi
stresor dalam kehidupan pasien.
10. Pola mekanisme dan koping
Stres dan
ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan Asma maka
prlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh terhadap
kehidupan pasien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
11. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
Kedekatan pasien
pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai dapat meningkatkan kekuatan jiwa
pasien.Keyakinan pasien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri
pada-Nya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif (Perry, 2005
& Asmadi 2008).
12. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan bronkospasme
3. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
4. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama atau imunitas Cemas
berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan Gangguan pola tidur
berhubungan dengan batuk yang berlebih
5. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea
C. INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
Tujuan : jalan napas menjadi efektif
Kriteria hasil : jalan napas bersih, sesak
berkurang, batuk efektif, mengeluarkan sekret
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi bunyi
napas
Rasional :
beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas
b. Berikan pasien untuk posisi yang nyaman.
Rasional
: peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan
c. Pertahankan lingkungan yang nyaman
Rasional :
Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
d. Tingkatkan masukan cairan, denganmemberi air
hangat.
Rasional
: Membantu mempermudah pengeluaran sekret
e. Dorong atau bantu latihan napas dalam dan
batuk efektif
Rasional :
Memberikancara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea,mengeluarkan sekret.
f. Dorong atau berikan perawatan mulut
Rasional : higiene
mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut
g. Kolaborasi : pemberian obat dan humidifikasi,
seperti nebulizer
Rasional
: menurunkan kekentalan sekret dan mengeluarkan sekret
2. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan : pola napas kembali efektif
Kriteria hasil : Pola napas efektif, bunyi napas
normal kembali, batuk berkurang
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan
ekspansi dada
Rasional :
kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat
gagal napas
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional
: ronchi dan mengi menyertai obstruksi jalan napas
c. Tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi
Rasional
: memudahkan dalam ekspansi paru dan pernapasan
d. Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional
: memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
3. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ganguan suplai oksigen
Tujuan :dapat mempertahankan pertukaran gas
Kriteria hasil : tidak ada dispnea, pernapasan
normal
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan
Rasional : berguna
dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien
untuk memilih posisi yang nyaman untuk bernapas
Rasional :
pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan
napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji atau awasi secar rutin kulit dan warna
membran mukosa
Rasional :
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentra (terlihat sekitar
bibir atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
d. Dorong pengeluaran sputum: penghisapan bila
diindikasikan
Rasional : Kental,
tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan jika batuk tidak efektif.
e. Auskultasi bunyi napas
Rasional : bunyi
napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi.
f. Palpasi Fremirus
Rasional :
Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak
g. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas
Rasional : Selama
distress pernapasan berat atau akut atau Refraktori pasien secara total tidak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.
h. Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi
Rasional
: dapat memperbaiki memburuknya hipoksia.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan tidak adekuatnya pertahanan utama atau imunitas
Tujuan :tidak mengalami infeksi noskomial
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi,
mukosa mulut lembab, batuk berkurang
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital
Rasional:
demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi
b. Observasi warna, karakter, jumlah sputum
Rasional
: kuning atau kehijauan menunjukan adanya infeksi paru
c. Berikan nutrisi yang adekuat
Rasional
: nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh
d. Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional
: antibiotik dapat mencegah masuknya kuman ke
dalam
tubuh
5. Cemas
berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan
Tujuan : kecemasan pasien berkurang
Kriteria hasil : pasien terlihat tenang, cemas
berkurang, ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan
Rasional
: mengetahui skala kecemasan pasien
b. Berikan pengetahuan tentang penyakit yang
diderita
Rasional
: menambah tingkat pengetahuan pasien dan mengurangi cemas
c. Berikan dukungan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
Rasional :
mengungkapkan perasaan dapat mengurangi rasa cemas yang dialaminya.
d. Ajarkan teknik napas dalam pada pasien
Rasional
: mengurangi rasa cemas yang dialami pasien
6. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih
Tujuan : pola tidur terpenuhi38
Kriteria hasil : pola tidur 6-7 jam per hari,
tidur tidak terganggu karena batuk
Intervensi :
a. Kaji pola tidur setiap hari
Rasional
: mengetahui perubahan pola tidur yang terjadi
b. Beri posisi yang nyaman
Rasional
: memudahkan dalam beristirahat
c. Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional
: menciptakan suasana yang tenang
d. Anjurkan kepada keluarga dan pengunjung untuk
tidak ramai
Rasional
:menciptakan suasana yang tenang
e. Menjelaskan pada pasien pentingnya
keseimbangan istirahat
dan
tidur untuk penyembuhan
Rasional
: menambah pengetahuan
7. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : aktivitas normal
Kriteria hasil :
pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas, pasien dapat memenuhi kebutuhan
pasien secara mandiri
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan aktivitas
Rasional
: mengetahui tingkat aktivitas pasien39
b. Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi
kebutuhaan pasien
Rasional
: membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari
c. Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai
toleransi
Rasional
: membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan
pasien
secara mandiri
d. Jelaskan
pentingnya istirahat dan aktivitas dalaam proses
penyembuhan
Rasional : menambah pengetahuan pasien dan keluarg
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Tn. M
b. Tempat
dan tanggal
lahir : Klaten,
14 Maret 1969
c. Pendidikan
terakhir : SD
d. Agama : Islam
e. Status
perkawinan : Menikah
f. Tinggi
Badan / Berat Badan : 155
cm/43 kg
g. Penampilan
umum : Composmentis tampak
lemah
h. Ciri
– ciri
tubuh : Tinggi,
kulit sawo matang
i. Alamat : Jl.
Prayan No. 14, Jetis,
Karang Nongko, Klaten
j. Orang
terdekat yang mudah dihubungi :
Ny. D
k. Hubungan
dengan
klien : Istri
klien
l. Tanggal
masuk
RS : 23 April
2014
m. Diagnosa
medis : Asma
n. No.
RM : 99.1
2. KELUHAN UTAMA
Klien merasa sesak saat beraktivitas dan napasnya
pendek
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan
keluhan napas pendek, napsu makan menurun, RR 24x/menit, TD 110/70
mmhg. N 80x/menit, T 36,50Cterdengar suara nafas Wheezing.
4. RIWAYA
PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan mempunyai riwayat Asma sejak umur
5 tahun
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada riwayat penyakit
keluarga.
6. RIWAYAT
LINGKUNGAN
Tipe tempat
tinggal permanent dengan jumlah kamar ada 3. Jumlah orang yang tinggal di rumah
sebanyak 4 orang, dengan kondisi tempat tinggal penerangan cukup,
kebersihan dan kerapihan cukup, sirkulasi udara cukup,keadaan kamar mandi cukup
baik tidak terlalu tinggi dan tidak licin.
7. POLA
FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi dan
pemeliharaan kesehatan
- Sebelum
sakit klien beraktivitas dengan normal. Klien dan keluarga mengetahui penyakit
asma diderita klien.
- Selama
sakit klien terbatasi dalam aktivitasnya, klien tidak menyukai
keadaannya dan berharap cepat sembuh.
b. Pola aktifitas dan latihan
- Sebelum
sakit klien bekerja di sebuah pabrik. Klien tidak pernah melakukan kegiatan
olah raga.
- Selama
sakit klien hanya tidur dan istirahat.
c. Pola nutrisi dan metabolik
- Sebelum
sakit pasien makan 3 x/sehari dengan porsi 1 kali makan habis, minum air teh
atau putih 1000 cc/hari.
- Selama
sakit pasien makan 3x/hari dengan pola makan habis ½ porsi habis dan minum air
putih 700 cc/hari.
d. Pola eliminasi
- Sebelum
sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsentrasi padat, bau khas dan warnanya kuning
kecoklatan. BAK 900 – 1000 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
- Selama
sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, bau khas dan warnanya kuning
kecoklatan BAK 600 - 800 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
e. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum
sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari dan kadang tidur siang selama 1 jam.
- Selama
sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun. Tidur
siang 1-2 jam.
f. Pola kognitif persepsi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Pasien
mengatakan aktivitasnya sekarang jadi terbatas.
g. Pola sensori visual
- Test
tajam tumpul: dapat membedakan antara tajam dan tumpul
- Test
panas dingin : dapat membedakan antara panas dan dingin
h. Pola toleransi dan koping terhadap stress
Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya.
i. Persepsi diri / konsep diri
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.Klien
berharap dapat sembuh dan dapat menjalankan aktifitasnya dengan normal.
j. Pola seksual dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin pria dan sudah menikah mempunyai 2 anak.
k. Pola nilai dan keyakinan
- Sebelum sakit klien selalu menjalankan
kewajibannya sebagai umat muslim (shalat 5 waktu). Klien kurang mengetahui akan
penyakitnya namun klien percaya bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
- Selama sakit klien melaksanakan shalat
3 – 4 waktu dan sering berdoa
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan
umum :
Lemah
b. Kesadaran :
composmentis
c. Vital sign: TD :110/70 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Suhu
36,5ºC, RR 32 x/menit
d.Antropometri : TB 155 cm, BB 43 kg
e. Kepala
- Muka : Sianonis
(-), konjunctiva anemis, ukuran pupil kanan/kiri: 3 mm/ 3 mm, rangsang cahaya
pupil kanan/ kiri: +/+
- Hidung : bersih, napas
cuping hidung (+)
- Telinga : simetris,
bersih, serumen (-)
- Leher : pembesaran
kelenjar toiroid (-)
f. Dada : simetris(+),
retraksi dinding dada(+), otot bantu (+), wheezing(+)
g. Punggung : bersih
h. Abdomen : datar
(+), tidak kembung, bunyi abdomen timpani, peristaltik usus 8 x/menit
i. Ekstremitas : tidak
ada edema
j. Genetalia : Bersih
tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter
k. Rectum dan anus : Klien mengatakan tidak ada
hemoroid
B. ANALISA
DATA
No
|
Tgl/Jam
|
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
23 April 2014 / 08.00 WIB
|
DS :
- Klien mengatakan mengalami napas pendek selama beberapa minggu.
- Klien mengatakan sesak napas sangat terasa saat beraktivitas.
Klien mengaakan napasnya berbunyi “ngik – ngik”
DO :
- Klien tampak letih
- Tampak adanya cuping hidung
- RR 32 x/menit
- Klien tampak terengah – engah saat bernapas.
- Bunyi napas wheezing
|
Ketidakefektifan pola napas (00032)
|
Keletihan otot pernapasan
|
2
|
23 April 2014 / 08.00 WIB
|
DS :
- Klien mengatakan napsu makan menurun
- Klien mengatakan makan habis ½ porsi
DO :
- BB/TB 43 kg/155 cm
- IMT 17,8 (kurus)
- Klien tampak lemah
- Makan habis ½ porsi
|
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Anoreksia
|
3
|
23 April 2014 / 08.00 WIB
|
DS :
- Klien mengatakan sesak napas setelah beraktivitas
- Klien mengatakan aktivitasnya terbatas
- Klien mengatakan cepat letih
DO :
- Klien tampak membatasi aktivitasnya
- Klien tampak letih
- Dispnea setelah beraktivitas
|
Intoleransi aktivitas (00092)
|
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
|
C. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
Oksigen
D. INTERVENSI
KEPERAWATAN
No DX
|
Tujuan Umum
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
TTD
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada
pasien dengan ketidakefektifan pola napas dapat teratasi
|
Respiratory Status : Airway Patency (0410)
- Menunjukan jalan napas paten (sesak
(-), irama nnapas (-), frekuensi napas (24x/menit), wheezing (-)).
Vital Sign Status (0802)
- TTV
: RR 24x/menit, TD 110/70 mmhg. N 80x/menit, T 36,50C
|
Airway Management (3140)
- Posisikan pasien semi fowler
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan napas buatan
- Auskultasi suara napas, catat adanya suara
tambahan
- Monitor respirasi dan status Oksigen
Oxygen Theraphy (33200)
- Atur peralatan oksigenasi
Vital Sign Monitoring ( 6680)
- Monitor TTV (sebelum, selama dan
sesudah aktivitas)
|
- Memaksimalkan ekspansi
paru
- Untuk mengetahui alat
bantu pernapasan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Untuk mengetahui suara
napas abnormal paada pasien.
- Untuk mengetahui
kebutuhan O2 yang dibutuhkan
- Untuk memastikan
peralatan oksigenasi berfungsi dengan baik
- Untuk mengetahuai apakah
ada perubahan Ttv setelah melakukan aktivitas.
|
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada
pasien dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi
|
Nutritional Status
- Adanya peningkatan berat badan (45 kg)
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- napsu makan meningkat ( habis 1 porsi)
Nutritional status : energy (1007)
- Klien tampak segar
|
Nutrition Theraphy (1120)
- Berikan suplemen nutrisi
- Berikan makanan kesukaan pasien dengan
pertimbangan ahli gizi
- Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi untuk
tubuh
|
- Suplemen nutrisi membantu pasien
mendapatkan zat nutrien sesuai dengan kebutuhan tubuh
- menambah nafsu makan pasien dengan
tetap memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
- Untuk memberikan asupan makanan
pasien sesering mungkin.
- Untuk mengetahui pentingnya kebutuhan
nutrisi bagi pasien
|
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada
pasien dengan intoleransi aktivitas dapat teratasi
|
Aktivity Tolerance (0005)
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan TTV
- TTV : RR 24x/menit, TD 110/70 mmhg. N 80x/menit,
T 36,50C
- Pasien tampak tampak tidak lemah
|
Activity Theraphy (4310)
- bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- bantu pasien memilih aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan fisiknya.
Vital Sign Monitoring(6680)
- kaji TTV ( sebelum. Selama, dan sestelah
beraktivitas)
|
- untuk mnegetahui aktivitas yang dapat
dilakukan pasien sesuai kondisi sekarang
- untuk menghindari derajat keparahan
kelelahan pasien
- untuk mengetahui apakah ada perubahan
TTV setelah melakukan aktivitas
|
E. CATATA
PERKEMBANGAN
Nama : Hari/Tanggal :
Jam :
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
DS :
1. Klien
mengatakan mengalami napas pendek selama beberapa minggu, sesak napas sangat
terasa saat beraktivitas, dan napasnya berbunyi “ngik-ngik”
2. klien
mengatakan napsu makan menurun dan makan habis ½ porsi
3. klien
mengatakan sesak napas setelah beraktivitas, aktivitasnya terbatas dan cepat
letih.
DO:
1. klien tampak letih, tampak cuping hidung, tampak
terengah – engah saat bernapas, bunyi napas wheezing, RR 32x/menit.
2. BB 43 kg, Tb 155 cm, IMT 17,8, Klien tampak lemah dan
makan habis ½ porsi.
3. klien tampak membatasi aktivitasnya, terlihat letih,
dan ada dispnea setelah beraktivitas.
DIAGNOSA :
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
keletihan otot pernapasaN
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan Oksigen
TINDAKAN:
1.1 mengidentiffikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan napas buatan
1.2 mengauskultasi suara napas , mencatat adanya suara
tambahan
1.3 mengatur peralatan oksigenasi
1.4 memposisikan pasien semi fowler
2.1 memberikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi bagi tubuh
memberikan
makanan kesukaan pasien dengan pertimbangan ahli gizi
2.3 memberikan makanan dengan porsi sedikit
tapi sering
2.4 memberikan suplemen nutrisi
3.1 memonitor TTV ( sebelum, selama dan
setelah aktvitas)
3.2 membantu klien mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3.3 membantu klien memilih aktivitas yang
sesuai dengan kemampuan fisiknya.
RTL :
1. monitor TTV sebelum dan
setelah pasien beraktivitas
2. monitor respirasi dan
status O2
3. auskultasi suara napas ,
catat adanya suara tambahan
4. berikan suplemen nutrisi
yang bisa menambah napsu makan pasien
|
S :
1. klien mengatakan masih
terasa sesak ketika berbaring
2. klien mengatakan napsu
makan mulai meningkat dan bisa menghabiskan ¾ porsi
3. klien mengatakan tidak
sesak ketika beraktivitas dan tidak cepat lelah.
O :
1. tampak adanya cuping hidung ketika
berbaring, RR 24x/menit
2. BB 44 kg, Tb 155 cm, IMT 18,3,
klien makan habis ¾ porsi
3. klien tampak lebih
segar dan mampu beraktivitas
A :
1. ketidakefektifan pola napas (+)
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dati kebutuhan tubuh (+)
3. Intoleransi aktivitas (-)
P :
1. posisikan tidur pasien semi fowler jika pasien merasa
sesak, anjurkan pasien untuk membatasi aktivitasnya.
2. anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, anjurkan
paien untuk
NAMA PERAWAT
|
0 Komentar untuk "Download Asuhan Keperawatan Asma"