KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya.
Shalawat serta salam atas nikmat dan karunia yang tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Makalah
yang mengenai wacana masih kurangnya isi dari makalah kami ini mungkin dengan
adanya kritik dan saran dari pembaca kami sangat berterimakasih dan berlapang
dada untuk menerima masukannya.
Tiada
gading yang tak retak, maka saya akan berusaha menggabungkan gading
tersebut. pepatah dan tambahannya ini mewakili penulis untuk meminta kritik dan
saran bagi kesempurnaan makalah ini apabila terdapat banyak kesalahan untuk
menambah wawasan keilmuan penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam
praktek berbahasa ternyata kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar seperti
banyak diduga atau diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau
kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih
besar yang disebut wacana bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam
sintaksis, banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari
kalimat-kalimat yang ada disekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan yang
tidak mandiri. Kalimat-kalimat itu tidak mempunyai makna dalam kesendiriannya.
Mereka baru mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat
yang berada disekitarnya.
Kalau
kalimat itu adalah unsur pembentuk wacana, maka persoalan kita sekarang
apakah wacana itu, apakah cirri-cirinya, bagaimana ujudnya, atau bagaimana
pembentukannya. Berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat orang.
Namun , dari sekian banyak definisi yang berbeda-beda itu, pada dasarnya
menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap. Sehingga dalam
hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Sebagai
satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep,
gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca( dalam
wacana tulis) atau pendengar( dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun.
Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana itu dibentuk
dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan
persyaratan kewacanaan lainnya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini memiliki
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian wacana
itu?
2. Apa saja jenis wacana
itu?
C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini ada pun
tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui pengertian wacana, memahami jenis
wacana dan mengetahui persyaratan terben, tuknya wacana. Tujuan penulisan ini
juga untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca. Serta untuk
malunasi tugas yg diberikan bapak dosen itu sendiri dan mendapatkan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian wacana
Wacana
berasal dari bahasa Inggris “discourse” , yang artinya antara lain
”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dansemestinya.”
Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan,
yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan
yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis.
Wacana adalah satuan
bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan
gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka
dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh,
yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam
wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat
dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya
keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi
wacana apik dan benar.
Istilah
wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana merupakan
satuan bahasa yang paling besar di gunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa di
bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata dan bunyi. Secara
berurutan, rangkaian bunyi merupakan bentuk kata. Rangkaian kata membentuk
frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat
membentuk wacana.
Berikut
ini adalah pengertian wacana menurut beberapa
ahli
1) Hawthorn (1992) mengemukakan
pengertian wacana merupakan komunikasi yang terlihat sebagai sebuah pertukaran
diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana
bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
2) Roger Fowler (1997)
mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang di lihat
dari titik pandang kepercayaan,dan nilai.
3) Alwi dkk (2003) wacana adalah
rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi satu dengan yang lain dan
membentuk satu kesatuan.
B. Jenis-jenis wacana
1. Jenis wacana berdasarkan
saluran yang digunakan dalam berkomunikasi dibedakan atas wacana tulis dan
wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung
kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang
menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan
berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan
subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan
berstruktur subjek-predikat.
2. Jenis wacana berdasarkan jumlah
peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis wacana,
yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi hanya
ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain, maka
wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak
berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang
dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau
sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam
komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang
dihasilkan disebut polilog.
3. Jenis wacan jika dilihat dari
sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan tambahan dari sumber yang lain yakni, wacana
persuasi.
a) Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan
pada urut-urutan suatu kejadian
atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya (biogragrafi/riwayat)
seseorang, otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau
kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi
ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau
rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini
disebut dengan narasi imajinatif
Unsur-unsur penting
dalam sebuah narasi adalah:
1) Kejadian
2) Tokoh
3) Konflik
4) Alur/plot.
5) latar yang terdiri
atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk
penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu).
Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu,
selanjutnya, keesokan harinya, atau
setahun kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan menulis
narasi, yaitu sebagai berikut.
· Menentukan tema cerita
· Menentukan tujuan
· Mendaftarkan topik atau gagasan pokok
· Menyusun gagasan pokok menjadi
kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
· Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
b) Deskripsi
Kata deskripsi berasal
dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, Perincian
atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek
berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya
adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat,
merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang
sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta,
dan citraan.
Dilihat dari sifat objeknya,
deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu sebagai berikut:
a. Deskripsi
Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan
objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
b. Deskripsi
faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek
berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Tahapan
menulis karangan deskripsi, yaitu:
I. Menetukan obyek pengamatan
II. Menentukan tujuan
III. Mengadakab pengamatan dan
pengumpulan data
IV. Menyusun kerangka karangan
V. Mengembangkan kerangka menjadi
karangan.
c) Eksposisi
Kata eksposisi berasal
dari bahasa Latin exponere yang
berarti: memamerkan, menjelaskan atau menguraikan.
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara
terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan
memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya
digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk
seminar, simposium, atau penataran.
d) Argumentasi
Karangan argumentasi
ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal
yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis.
Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan
kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan
atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang
rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan
argumentasi, sebagai berikut.
a)
Menentukan tema atau topik permasalahan,
b) Merumuskan tujuan penulisan,
c) Mengumpulkan data
atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang
mendukung,
d) Menyusun kerangka karangan,
Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Pengembangan kerangka karangan
argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan
masalah.
1) Sebab-akibat
a) Pola urutan ini bermula dari
topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi
akibat.
2) Akibat-sebab
b) Pola urutan ini dimulai dari
pernyataan yang merupakan akibatdan dilanjutkan dengan hal-hal yang
menjadi sebabnya.
3) Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari
aspek-aspek yang menggambarkanmasalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
e) Persuasi
Wacana
persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai
yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala
upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan
tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wacana
adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau
logis. Dalam wacana setiap unsur-unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, Wacana dibedakan menjadi wacana narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
a. Narasi adalah
cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi
dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.
b. Deskripsi adalah karangan yang
menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan
pengalaman penulisnya.
c. Eksposisi adalah karangan yang
memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan
tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
d. Argumentasi ialah
karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang
disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis.
e. Persuasi ialah wacana
yang bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai
yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala
upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh
B. SARAN
Mahasiswa
di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena
dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu
wacana, kita tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut
tentang wacana.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
hasan dkk 1988 tata bahasa bakau BAHASA INDONESIA, Jakarta. balai
pustaka
0 Komentar untuk "Makalah Bahasa Indonesia tentang Wacana"